Nasehat Kakek Tua Yang Bijak

Selamat berjumpa kembali sahabat Hamzah, masih bersama ane disela-sela kesibukan ane, ane sempetin nulis ne, semoga bermanfaat buat renungan sahabat-sahabat hamzah semua. Baik langsung aja ya.. Suatu ketika di sebuah hutan pinggir danau nan indah, hiduplah seorang kakek yang bijak.

Sinar mentari yang begitu indah, terang dan menghangatkan badan, suara kicauan burung di pagi hari, dan tetesan embun pagi yang begitu menyegarkan mata, serta udara yang begitu sejuk. Maaf ane gak bisa bikin kata-kata bagus shobt. Hehe.. tapi gak apa-apa lah yang penting ceritanya bermanfaat kan? He. Lanjut, Datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung masalah. Langkahnya gontai dan raut wajahnya yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Pikir sang kakek dalam hatinya.

Tanpa membuang-buang waktu, sang pemuda itu menceritakan semua masalahnya kepada sang kakek. Kakek Tua yang bijak, hanya mendengarkan keluh kesahnya dengan seksama. Sang kakek kemudian mengambil segenggam garam, dan meminta pemuda tadi untuk mengambil segelas air.

Gambar. Danaunya indah Bro..!!

Nasehat Kakek Tua Yang Bijak - Setelah gelas tadi di ambil lalu sang kakek menaburkan garam itu ke dalam gelas yang berisi air, kemudian diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya?” ujar sang kakek itu. “Asin, asin sekali Kek,” jawab sang pemuda sambil meludah ke samping. Kakek itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak pemuda itu untuk berjalan ke tepi telaga yang begitu luas di dalam hutan yang dekat dengan tempat tinggalnya.

Sang Kakek dan pemuda itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Sang kakek kemudian kembali menaburkan segenggam garam, ke alam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang dengan mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah.” Kata sang kakek. Saat pemuda itu selesai mereguk air, kakek berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”. “Segar”, sahut pemuda itu. "Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?", tanya sang kakek lagi. "Tidak, Kek..." jawab si anak muda.

Dengan bijak, sang kakek yang usianya sudah tidak muda lagi itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. Sang kakek pun berkata pada anak muda tadi, “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memang akan tetap sama sampai kapanpun. Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semua masalah-masalah dalam hidup ini. Luaskanlah hatimu untuk menampung semua kepahitan itu.” Pemuda itu diam dan merenung tentang masalah-masalahnya.

Kemudian kakek itu kembali memberikan nasehat kepada anak muda tadi, “ Nak, hatimu adalah wadah itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas yang hanya seberapa luasnya, buatlah hatimu laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.” Akhirnya pemuda itu menemukan jawaban atas masalah yang menimpanya. Setelah mencium tangan sang kakek, pemuda itupun pulang dengan hati yang begitu tenang.

Subhanallah, kakek yang bijak. Sahabat Hamzah yang di rahmati Allah SWT, semoga dengan cerita tadi, kita bisa menerima dengan semua permasalahan-permasalahan hidup yang ada di dunia ini. Dan semoga Allah senantiasa memberikan jalan yang terbaik untuk sahabat-sahabat semua. Amin.