Belajar Sedikit Dari Rosulallah SAW

Belajar sedikit dari Rosulallah SAW - Malam itu, tidak tahu kenapa seorang istri marah-marah kepada suaminya, “Aku ini bukan pembantu, mas!! Jangan kau suruh-suruh aku terus, aku capek mas, kerja 24 jam sehari 7 hari seminggu. Bantu aku sedikit aja gitu lho mas!” Ujar sang istri yang kelabakan mengurus anak dan dapur seharian penuh.

Belajar sedikit dari Rosulallah SAW
Mendengar ucapan istrinya tersebut, kemudian sang suami membalas kembali, “Aku juga capek, hari libur gini aku cuma pengen istirahat. Nggak usah lah ganggu aku dulu!” Acuh sang suami yang ingin menikmati masa liburnya di rumah. “Istirahat kok maenan Hp, Pesbukan. Istirahat tuh tidur!!” Kata sang istri nggak mau kalah. “Ini juga istirahat dan..bla…bla..bla…” balas sang suami.

BERHENTI..!! Anggap saja itu suatu contoh ketika sahabat nantinya berumah tangga atau buat para ibu yang sedang galau dengan segala permasalahan dalam hidupnya.

Sebelumnya ane minta maaf, ane nggak ingin menyudutkan salah satu pihak atau suatu pekerjaan tertentu, ane hanya ingin menjadikan tulisan ini sebagai pembelajaran yang berarti.

Dari percakapan suami dan istri di atas, sahabat mungkin bisa sedikit menangkap pelajaran apa saja yang nantinya akan sahabat baca dari postingan ane ini. Salah satunya tentang rasa saling memahami dan menghormati.

Pada awalnya ane merasa banyak para istri khususnya yang curhat di facebook atau di G+ atau di jejaring soial lain (lagi-lagi) bahwa dia sangat lelah dengan pekerjaan rumahnya, merasa bahwa dirinya layaknya seorang pembantu atau babu yang nggak di gaji, karena nafkah itu bukan bagian dari kewajiban? Dan karena suami banyak yang cuek dengan pekerjaan rumah tangga, para suami mengganggap bahwa itu pekerjaan wanita atau seorang istri bukan pekerjaan seorang suami. Benarkah demikian??

Baiklah, seandainya semua istri tahu kalau dirinya sangat mulia dihadapan Allah subhanahu wa ta’ala, mereka tak akan berpikiran bahwa dirinya hanyalah seseorang yang dibutuhkan untuk membersihkan setiap sudut rumah dan mengurus anak serta suami. Ya, ane paham, mereka hanya nggak tahu kalau apa yang mereka lakukan semua itu adalah ibadah.

Maha suci Allah, semua pekerjaan yang melelahkan jiwa raga, terbayar dengan ridho dari-Nya, asalkan apa yang sahabat lakukan sebagai seorang istri benar-benar menganggap itu adalah sebagai ketaatan sahabat pada Allah Azza Wa Jalla. Walaupun tidak mudah memang, tapi tentu saja bisa. Yakinlah bahwa apa yang sahabat lakukan sebagai seorang istri bukanlah sebagai pembantu rumah tangga, tapi sebagai ibadah sahabat untuk membesarkan kelurga sahabat-sahabat agar menjadi generasi Robbani. Ini adalah tugas sahabat sebagai tarbiyah pertama dari buah hati sahabat khususnya untuk sahabat yang sudah menikah. Jadi bersabarlah untuk menjalani kehidupan menuju surga Allah SWT.

Nah, untuk sahabat yang menjadi suami atau seorang imam, benarkah jika semua urusan rumah tangga hanya tugas seorang istri, meski dia terlihat kerepotan dengan berbagai ‘poligami’ perkerjaan yang dia kerjakan bersamaan, mengurus anak, memasak, dan membereskan rumah. Sedangkan seorang suami ketika berada di rumah dalam keadaan sedang liburan hanya bertugas istirahat, atau maen Hp, Facebook, maen games saja bahkan tetap meminta apapun untuk minta disediakan sang istri??

Marilah kita simak hadits berikut : Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya: “Apakah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam rumah?” Ia radhiyallahu ‘anha menjawab: “Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang manusia biasa. Beliau menambal pakaian sendiri, memerah susu dan melayani diri beliau sendiri.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Memang benar, tugas seorang istri adalah menuruti, menyiapkan semua yang dibutuhkan oleh sang suami, tapi pertanyaannya adalah ketika melihat sang istri kerepotan, apakah sahabat sebagai seorang suami masih tega melihat seorang istri seperti nggak ada istirahatnya??

Sebagai kholifah di bumi dan seorang hamba yang terpilih, Rasulullah Sallahu `Alaihi Wassalam nggak segan untuk membantu istri-istrinya, bagaimana dengan dirimu wahai sahabat sebagai hamba biasa?? Contohlah Rasulullah dalam hal ini, jangan hanya mencontoh Rasulullah dalam hal Poligami saja, tapi ketika dihadapkan dengan pekerjaan rumah untuk membantu istri, kamu enggan mencontoh Rasulullah. Mengapa demikian?? Astaghfirullahal`adziim..

Makanya, jadikanlah rumah kita sebagai cahaya, sebagai tempat senyum terkembang, sebagai tempat kebahagiaan tercipta, karena dari sanalah cinta untuk membangun tangga menuju jannah-Nya dimulai. Semoga sahabat-sahabat, ane sendiri, dan kita senantiasa saling memahami pasangan kita, agar tercipta rumahku adalah surgaku yang penuh barokah. Aamiin. Semoga bermanfaat terima kasih.